Jumat, 08 April 2011

Biarkan aku terbang....

Bular, begitu aku biasa dipanggil oleh teman-temanku. Teman-temanku menilai aku sangat menyenangkan dengan hobi bergurau aku. Aku punya kekasih yang  bernama Haryan. Aku sangat mencintai dia. Seumur-umur aku mencintai orang dengan sepenuh hatiku y baru kali ini. Aku merasa dia juga sangat mencintai aku. Ini terbukti ketika dia bekerja di Jakarta. Seminggu sekali selalu pulang untuk sekedar menengok aku. Meskipun dia asli Klaten, setiap dia pulang yang dituju tetep saja Jogja, kota tercintaku.
Sesuatu yang tidak beres mulai terjadi ketika hubungan kami menginjak usia 5 bulan. Perasaan aneh muncul ketika suatu hari ada sms masuk dari sebuah nomor asing. 'Mba kenal ma Haryan? itu lho cow manis yang sering menggunakan topi coklat..." Itu adalah kekasih tercintaku. Aku balas sms itu dengan baik dan aku tanya siapa dia. Jawaban yang aku dapat sangat mengejutkan. "Aku istri Haryan." Seketika itu jantungku seperti berhenti, rasa sesek memenuhi rongga dadaku.
Kepada Haryan aku tanyakan kebenaran cerita itu dan dijawab "Oo itu Ninuk, dia perempuan yang suka sama aku tp aku g suka kq. Km tenang ja y dek. Yang aku cintai hanya kamu." Jawaban itu membuat aku tenang meskipun dalam hatiku juga bergejolak. Setelah itu hampir setiap hari sms 'menyakitkan' masuk ke hpku. Mulai dari dikatakan 'perebut suami orang' sampai umpatan berkaki empat pun tertera di layar hpku. Dan sering airmata harus menetes jatuh saat tulisan itu terbaca oleh mataku. Setiap kesedihan dan kegundahan melanda, tatapan cinta Haryan menenangkanku. Meskipun sering terbesit rasa ragu dalam hati, aku tetap mencoba bertahan. Aku mencoba mengajak komunikasi perempuan itu tetapi anehnya dia tidak pernah mau ketemu aku. Berkali-kali aku hubungi pun dia tidak pernah mau bicara. Dan anehnya sms-sms 'gila' itu meluncur deras setiap hari ke hpku.
Ditengah-tengah kegalauan itu aku memutuskan mencari tau yang sebenarnya terjadi ke keluarga Haryan. Jawaban yang aku dapatkan adalah perempuan itu mantan pacar Haryan dulu sewaktu SMA.
Dengan berbekal cerita dari keluarga dan restu mereka aku memutuskan untuk melaju tys bersama Haryan. Bahkan kami memutuskan untuk segera bertunangan di bulan November.
Tetapi yang terjadi di luar dugaan. Semakin mendekati waktu pertunangan semakin aku merasa Haryan berubah sikap. Dia menjaga jarak dari aku. Sampai kemudian aku tau bahwa Ninuk hamil. Aku seperti ditampar. Aku disanjung setinggi langit dan dihempaskan kembali ke bumi dengan kecepatan berjuta-juta mil. Kenyataan yang harus kutelan sedemikian pahit. Ketika aku benar-benar mencintai seseorang aku harus terluka dengan sebuah pengkhianatan. Hubungan cinta yang aku damba bisa bermuara ke pernikahan harus terhenti dengan sebuah luka yang berhiaskan teror. Cinta yang semula aku rasa indah  menjelma sebilah pedang yang menghunjam ke hati yang paling dalam. Membuat dada menjadi sesak dan jantung rasanya mau berhenti.
Di tengah deraian airmata yang tidak kunjung berhenti, sebuah sms masuk 'Dek, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menyakiti kamu. Tp aku betul-betul cinta kamu. Aku mohon tunggu aku ya.' Pengirim adalah Haryan. Seketika aku tersontak. 'Di tengah luka yang aku alami, dia meminta aku menunggu dia. Dimana letak nurani dia. Ninuk hamil 6 bulan dan mereka akan menikah. Tetapi sekarang dia minta aku menunggu? Gila!' jeritku dalam hati. Dan luka itu semakin perih aku rasa.Sms-sms Haryan masih selalu masuk dalam hpq. Parahnya lagi Ninuk juga selalu sms aq dan masih sering marah-marah ketika mereka berdua ada masalah. Rasa sakit, marah, kecewa, semua jadi satu. Sakit dikhianati ditambah rasa amarah karena dituduh yang tidak-tidak oleh Ninuk. Hanya airmata yang selalu menemani aku. Dan doa jeritan hati yang tidak pernah putus aku panjatkan.
Kisah cintaku akhirnya menjadi mimpi buruk bagiku. Butuh waktu lama untuk aku bisa bangkit kembali.Sampai akhirnya aku memutuskan untuk segera melupakan semua mimpi burukku itu dan menata kembali hidupku. Aku harus kubur dalam-dalam kenangan itu. Aku yakin bisa. Itu yang aku tanamkan dalam hatiku selalu.
Di tengah usaha aku menata kembali hatiku, Haryan selalu masih saja menganggu. Awalnya aku mencoba memberi pengertian bahwa tidak mungkin aku menunggu. Semarah-marahnya hati ini tetap aku punya hati nurani. Tetapi lama-lama menjadi jengkel sendiri dengan ulahnya. Kemarin dia minta maaf, hari ini dia akan membuat aku naik pitam dan esok dia akan memintaku menunggu. Kadang aku berpikir dia punya hati tidak. Apa dia pikir hatiku ini dari baja yang tidak bisa hancur dan remuk.Belum lagi 'makian' Ninuk yang sesekali singgah ke hpku membuat aku semakin sakit.
Sebulan dua bulan didiamkan tidak pernah berubah. Selalu saja begitu.Setahun berlalu pun masih tetap sama. bahkan ketika akhirnya perceraian menjadi pilihan mereka pun Haryan tidak pernah berhenti menganggu aku. Dia masih menginginkan aku untuk kembali kepada dia.
Maaf aku tidak bisa. Itu tekadku. Biarkan aku terbang, biarkan aku mencari kehidupanku sendiri. aku yakin aku bisa jauh lebih bahagia tanpa kamu, Haryan. Aku akan meraih cinta dan citaku tanpa kamu.
Biarkan aku terbang melesat jauh ke angkasa. Di depan sana kebahagiaanku telah menunggu aku.

Biarkan aku terbang mengepakkan sayapku dan tersenyum kepada dunia...

Sabtu, 19 Februari 2011

BURUNG


Aku adalah seekor burung kecil. Aku selalu terbang mencari pohon untuk membuat sarang. Setiap aku singgah pada sebuah pohon yang cukup nyaman buatku dan mulai membuat sarang, hidupku selalu merasa indah. Dan pohon selalu merasa senang dan gembira dengan kicauanku yang selalu aku dendangkan setiap saat. Tetapi tak jarang aku menangis.

Suatu ketika sarang yang aku buat dengan susah payah harus jatuh dan rusak oleh terjangan hujan yang turun semalaman tiada henti. Maka aku harus pindah ke pohon yang lain. Di waktu yang lain, aku harus menatap sarangku yang telah dirusak oleh ‘sahabat’ yang lain. Hal ini pun membuat aku harus pindah mencari pohon nyaman yang lain. Bahkan tak jarang aku hanya bisa pasrah ketika sarang yang telah aku pintal telah ditempati oleh burung yang lain.

Dan lagi-lagi aku harus mencari pohon kembali. Pohon yang akan membuatku nyaman. Aku terus terbang dan akhirnya aku temukan pohon itu. Pohon yang rindang dan menawarkan kenyamanan untuk aku tempati. Maka akupun membuat sarang disana. Sampai suatu ketika aku harus terpaksa pergi karena si pohon memberikan sarangku kepada burung yang lain. Dan itu membuatku lagi-lagi harus selalu mencari pohon yang lain.

Di tengah kebingunganku, sebuah pohon memanggilku. Aku mendekatinya. Pohon itu bernama Pana. Pana memberikan cabang terkuatnya untuk aku tempati. Ada rasa ragu dan takut yang hinggap. Takut apabila nanti aku akan terusir kembali. Tetapi yang kemudian terjadi adalah Pana mencoba memberikan kehangatan. Meskipun aku sadar kehangatan itu tidak pernah aku rasakan, aku tidak mencoba untuk pergi. Aku tetap diam.

Suatu ketika sewaktu aku terbang tanpa aku sadari aku hinggap di sebuah pohon. Pohon itu menyapa aku dan aku sambut sapaannya dengan hangat. Pohon itupun menerima aku hinggap di dahannya. Nama pohon itu adalah Cinta. Jadilah setiap aku terbang aku selalu singgah ke pohon Cinta. Kami bercakap-cakap dan sering bercanda. Tiada hari tanpa aku lalui bersama Cinta. Kenyamanan dan kedamaian selalu aku rasakan saat aku bersama dia. Dan ketika aku harus kembali ke sarangku ada perasaan berat di hati karena harus meninggalkan pohon Cinta.

Tanpa aku sadari kebersamaan ini menjadi bumerang bagiku. Pohon Cinta sayang kepadaku. Aku yang tidak pernah bercerita tentang pohon Pana harus membuat pohon Cinta terluka dan menangis. Di saat yang sama aku juga tidak mau pergi dari pohon Cinta. Tetapi sikap pohon Cinta seolah mengubah rasa sayangnya menjadi benci kepadaku. Aku sering tidak tahan dengan sikapnya itu.

Aku ingin teriak dan jujur bahwa aku sayang dia. Aku tidak ingin pergi dari dia. Dan aku tidak ingin dia pergi dariku. Aku tidak bisa menghindar lagi dari rasa sayang dan cinta yang begitu besar kepada pohon Cinta. Aku tahu aku salah. Aku egois. Dan aku juga tidak bisa menyalahkan pohon Cinta atas sikapnya. Dia berhak melakukan itu karena memang aku yang salah. Tidak mungkin bagiku hidup di dua sarang dan aku harus memilih. Tetapi kenapa ketika aku memilih pohon Cinta, dia seperti menghindar dan tidak menghendaki aku untuk tinggal dan membuat sarang di dahannya. Di saat aku butuh kepastian dan kesungguhan atas sayang pohon Cinta aku tidak mendapatkan itu. Kadang aku berpikir nasi sudah menjadi bubur. Dikembalikan menjadi nasipun tidak akan pernah bisa.

Aku sudah tidak tau apa yang harus aku lakukan.

Sampai akhirnya aku memutuskan untuk pergi meninggalkan pohon Cinta. Aku kepakkan sayapku dengan kuat dan melesat pergi.

Aku pergi karena pohon Cinta tidak pernah memintaku untuk tinggal…